Rabu, 01 Januari 2014

Novel Rintihan Seorang Anak



Rintihan Seorang Anak yang takut menyampaikan yang sebenarnya kepada Orang Tuanya


D
i awali ketika aku mengikuti sebuah seminar  yang mengangkat dunia sputar psikologis seorang anak manusia. Pak Teguh begitu sapaannya, seorang pakar psikologis yang menjelaskan materi yang di bawakannya.
Beliau menjelasan : Apabila seorang anak manusia tersita waktunya ataupun tidak mendapatkan waktu untuk bermain atau memiliki teman yang dia inginkan atau begitu pula dengan pelajaran yang seharusnya ia dapatkan di Usianya, maka psikologis (jiwa) anak tersebut bisa di katakan sangat – sangat tertekan di berbagai hal. Dimana dalam hal ni anak tidak menunjukkan rasa tertekannya karena rasa malu dan takut untuk mengungkapkan yang sebenarnya, Hal ini sudah lumrah terjadi pada kebanyakan anak di DUNIA terlebihnya lagi di Indonesia.
Teguh (psikolog) : saya akan memberikan gambaran dari sebuah kisah nyata dari seorang anak yang pernah saya jumpai pada saat melaukan Survei Di Kota Tarakan. Ia adalah seorang anak dari keluarga menengah berkecukupan yang masih menyandang status sebagai pelajar dikala itu, sehari-harinya ia melaukan aktivitas seperti anak Normal lainnya. Tapi ada satu yang hilang dari kehidupannya di kala itu hingga sekarang yaitu WAKTU untuk bebas berekspresi, bebas memilih teman, kebebasan untuk memberikan pendapat dan juga kesempatan untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan oleh anak seusianya. Hidupnya penuh dengan Tekanan oleh Orang Tuanya sendiri, Orang tua yang pnuh dengan ambisi untuk melihat anaknya Sukses.
Menuju kata sukses Orang Tuanya melakukan segala hal yang menurutnya langkah itu terbaik untuk anaknya. Tapi langkah yang Mereka lakukan salah, Mereka selalu menyruh, melarang, dan tidak mau menepati apa yang telah ia janjikan kepada anaknya. Merka melakukannya  terus – menerus tidak ingin tahu apakah yang dia lakukan berdampak buruk kepda anaknya. Mereka hanya mengenal prinsip mereka   dan tidak mau mendengar rintihan kesakitan batin dari tekanan yang di berikannya.
Teguh(Psikologis)
Saya sangat kaget bagitu mendengar apa saja yang di katakan Orang Tuanya kepda anaknya. DILARANG pulang di atas jam 10.00, DILARANG berteman, DILARANG bermain, DILARANG membawa teman kerumah, DILARANG ikut-ikutan dengan teman yg memiliki kecukupan, Bahkan DILARANG mengikuti Organisasi yang bertujuan membentuk Mental Psikolog, Fisik, Jiwa Kepemimpinan, dan Juga Ilmu Retorika. Dan juga perintah – perintah yang di tujukan kepada anaknya. Harus Belajar sesuai dengan waktu yang tentukan, Ikuti teman yang mendapatkan gelar Juara, Setiap Pulang sekolah Ikut Kerja untuk membantu membiayai sekolah dan Kuliahnya nanti. Dan juga perintah – perintah lainnya yang sangat menkan Jiwa anaknya. Satu alasan Jelas mereka yaitu Ingin melihat anaknya SUKSES.
Rintihan Anak tersebut ketika Aku (Teguh, Psikologis) menanyakan yang apa yang Ia inginkan, dan DO’A apa yang terbaik untuk masalah tekanan batinnya. (,“Ibu ,, Bapak ,,  Tolong aku ...... Aku akan memberikan yang terbaik untuk kalian tapi tidak dengan  cara seperti ini, aku tahu yang aku lakukan selama ini salah , bukannya aku tidak mau mendengarkan kata – kata kalian tapi begitu SAKIT yang ku rasa dengan cara kalian mengajar – ku, Aku bisa memberikan apa yang kalian mau tapi Tolong ....... Tolong aku  ... Ibu ,,,, Bapak ,,, jangan seperti ini, dengan harapan kecil ku di tengah-tengah tekanan batin ku , Ku mohon tolong aku ..... Bebaskan aku, aku ingin sperti anak lain seUsiaku mereka mendapatkan apa yang semestinya mereka dapatkan bukan CUMA janji dan janji yang membuat ku semakin tertekan. Aku tahu Kalian tidak mempunyai Biaya lebih untuk mendapatkan semua itu, tapi Tolong .... Jangan terus berjanji padaku. Aku takut di katakan Durhaka, Aku takut mengatakan ini semua, karena sifat kalian yang seakan mau memakan ku ..... Haruskah Aku mati untuk mendaptkan smua itu, Haruskah Aku mati untuk merubah Prinsip yang kalian lakukan kepadaku
.... Pesan terakhirku, Jika Aku dan sebelum Aku Mendahului Kalian untuk menghadap kepdaNya. Kuharap ini di dengarkan dan juga di lakukan kepada ku dan Juga Adikku ,,, Tooolloonggg dengarkan Aku, Bebaskan aku, Aku mengerti apa yang kalian mau dariku, aku akan melakukan semua itu, tpi tolong dengarkan aku juga... Tepati Janjimu Wahai Cinta ku Seumur hidup, Aku menyayangi kalian melebihi sayangku terhadap diriku sendiri. Nyawapun rela aku beri demi melindungi Kalian Wahai Orang Tuaku Tercinta.”) “Seutas Kalimat yang terucapkan dari seorang anak yang sangat mencintai Orang Tuanya. Dengan Deraian Air mata yang terus mengalir Ia menjelaskan semua yang Ia rasakan.”
Dengan Kisah yang saya gambarkan tadi, Seorang Anak yang di landa Begitu bnyak tekanan Jiwanya saat ini Sudah mendekati Autis, yaitu penyakit gangguan syaraf yang di sebabkan salah satu syaraf tidak berfungsi. Sebuah tekanan berlebih dapat menyebabkan salah satu syaraf motorik  di Otak terputus, dan menyebabkan Ke – Autisan kepada penderitanya. Penderitanya aka merasa tenang ketika melakukn apa yang ia mau sperti berguling, berbicara sendiri, menyendiri, menjauhi orang lain, dan suka menyendiri di kala banyak berfikir. Derita Autis ini jika terus menerus di landa Tekanan akan mengacu pada ke-Gilaan, yaitu terputusnya semua syaraf kendali pada Otak.
Kita semua dapat mengambil kesimpulan bahwa Orang tua seharusnya tidak memberikan tekanan berlebih kepada Anaknya, beikanlah sebuah janji yang seharusnya Anda tepati, bebaskan anak anda untuk berekspresi dan mengikuti apa yang membntu mengembangkan kejiawaan dan proses belajar langsung pada anak, hindari percekcokan pada anak yang mengakibatkan anak tidak mau mendengar pada kata-kata anda, jangan mengecilkan mereka di depan teman-teman anda atas semua kekurangan yang dimilikinya, lengkpi kekurangannya dengan cara yang Ia suka. JANGAN paksa mereka, karena kebanyakan Anda tidak sadar telah memaksa mereka. Dengan Ktinggian Anda yang menyandang Status Sebagai Orang Tua yang semetinya harus di hargai oleh anaknya, Sadarilah, Jika ingin di hargai, hargai pula mereka dengan mewujudkan apa yang semestinya mereka dapatkan.
SUKSES ,,, yaa Sukses itu adalah sebuah kata yang sering di ungkapkan Orang Tu Kepada Anaknya. Tanpa tersadar langkah yang Orang Tua lakukan bukan malah membuat anaknya menuju kata sukses malah menuju kata hancur. Kehancuran ia lah kata yang terucap oleh Orang Tua dan Menyuruh Anaknya untuk menghindarinya.
Ingatlah Kita Sebagai Orangtua di wajibkan memberikan yang terbaik untuk Anak, dengan cara yang mereka sukai, bukan dengan cara merendahkan yang bersifat memaksa dan lebih mengacu pada prinsip sendri untuk mendidik Anak.
ANAK adalah rezeki dari Tuhan, Ingatlah ...... Apa yang kalian lakukan kepada Anak kalian, Itu Juga yang akan mereka lakukan pada Anda, tentunya dengan cara mereka sendiri. Apa yang Anda lakukan kepada Anak Adalah cerminan kepada anda.


         
Hidup ini hanya persinggahan semata waktunya sangat singkat       jika dibanding kehidupan sesudah mati yang 1 hari disana sama dengan 100 tahun didunia jadi kalau umur kita 70 tahun lalu berpulang menghadap Ilahi berarti kita hidup tidak lebih dari 18 jam, begitu singkatnya hidup ini dan betapa rugi manusia bila tidak bisa memamfaatkan waktu yang singkat itu dengan melakukan sesuatu yang bermamfaat bagi diri dan orang lain,begitu banyak nikmat yang  diberikan kepada kita yang tidak  mampu kita jaga bahkan tidak sedikit dari kita yang salah menempatkan nikmat itu, dengan nikmat yang tak terhingga dan luar biasa itu kita dititip beberapa Amanah yang tentunya kelak kita pertanggung jawabkan dihadapanNya, amanah dapt memhatar kita surga namun amanah itu juga bisa menarik kita kedalam neraka jahannam, Ada amanah yang menarik kita simak yaitu ANAK ; tidak sedikit orang tua kewalahan, kebingungan, serba salah, mendidik anak, kita sepakat bahwa sumua orang tua menaruh harapan dengan masa depan yang lebih baik dari dirinya namun waktu terus berjalan, seiring tehnologi yang lebih maju juga dengan pengetahuan agama yang  seadanya para anakpun terbawa arus tanpa kontrol  nyaris tak terkendali saya berpikir dgn bertambahnya usia anak maka terproses secara alami tingkat cara berpikir yang menyesuaikan IQ masing2 sehingga dapat dipastikan bahwa dgn usia yang mendekati dewasa hingga dewasa sudah memilih dan memisahkan antara yang energi positip dan yang negatip yang berdampak bagi kelansungan hidupnya, saya sebagai orang tua yang paling tidak setuju bila ada orang tua yang tidak memberikan kebebasan untuk memilih dalam segala hal, namun saya mungkin orang tua yang pertama yg menentang jika ada orang tua yang cuek terkesan pembiaran tentang pertumbuhan anak yang sangat rentang dengan sifat keingin tahuannya terhadap hal2 yang negatip. “KeSUKSESan hanya butuh  kemauan dan kerja keras” Suksesnya seseorang bukan wujud prestasi orang tua mendidik anak. Tapi membentuk Anak yang bermoral,, bertanggung jawab dan berahlak itu baru orang tua yang berprestasi .

click this link !!!! 
Add Facebook     >======>>> https://www.facebook.com/DienarsiiArdy
 follow Twitter     >======>>> https://twitter.com/ardinar26

Sumber : Mario Teguh,Spd, Mpg
Sumber penuh harapan tercipta sebuah kata